Ada beberapa jenis sasando yaitu
Sasando Gong dan Sasando Biola. Sasando gong biasanya dimainkan dengan irama
gong dan dinyanyikan dalam bentuk syair Rote untuk mengiring tari, menghibur
keluarga yang berduka dan yang sedang mengadakan pesta. Bunyi sasando gong
nadanya pentatonik. Sasando gong berdawai 7 (tujuh) atau 7 nada, kemudian
berkembang menjadi 11 (sebelas) dawai. Sasando gong lebih berkembang di Pulau
Rote sejak abad ke 7.
|
Sasando Gong |
|
Sasando Biola |
Diperkirakan akhir abad ke 18
sasando mengalami perkembangan, dari sasando gong ke sasando biola. Sasando biola
lebih berkembang di Kupang. Nada dari
sasando biola diatonis dan bentuknya mirip dengan sasando gong tetapi bentuk
bambu diameternya lebih besar dari sasando gong dan jumlah dawai pada sasando
biola lebih banyak berjumlah 30 (30 nada) berkembang menjadi 32, dan 36 dawai.
Sasando biola ada dua bentuk yaitu sasando dengan bentuk ruang resonansinya
terbuat dari daun lontar dan sasando biasa dengan bentuk ruang resonansisnya
terbuat dari (kotak/box/peti/triplex)
|
5000 Rupiah emisi 1992 |
Dinamakan sasando biola karena
nada-nada yang ada pada sasando biola nadanya meniru nada yang ada pada biola.
Sasando gong maupun sasando biola, pada mulanya alat penyetem dawainya terbuat
dari kayu, yang harus diputar kemudian diketok untuk mendapatkan nada yang pas.
Sasando biola yang terbuat dari kotak kurang mengalami perkembangan dan
akhirnya orang lebih mengenal sasando biola dengan ruang resonansinya dari haik
(daun lontar) seperti yang pernah kita kenal sasando yang ada pada uang kertas
lima ribu rupiah emisi tahun 1992.
Keren Bung!
ReplyDelete