Tuesday, 15 January 2013

Sasando Listrik (Elektrik)

Sasando biola mengalami perkembangan dari sasando biola tradisional menjadi sasando modern atau yang dikenal sasando listri atau sasando elektrik. Diciptakan oleh Arnoldus Edon, sasando elektrik termasuk dalam salah satu jenis Sasando biola yang mengalami perkembangan teknologi. Sasando tradisional mempunyai beberapa kekurangan dan kelemahan antara lain, daun lontar mudah pecah dan pada saat musim hujan sering timbul jamur diatas permukaan daun, dan daunnya juga mengalami kelembaban dan lembek sehingga dapat mempengaruhi perubahan suara dan ketika dipetik suaranya sangat kecil. Berdasarkan hal tersebut maka diciptakanlah Sasando Elektrik.
Sasando Elektrik (kanan)
Proses penciptaan sasando elektrik ini berbeda dengan sasando tradisional,. Ia tidak menggunakan wadah dari daun lontar / kotak /box / peti/ triplex. Tetapi yang dibutuhkan hanya sebuah tabung panjang dari bambu yang diberi penyangga (senda) dibagian tengahnya untuk merentangkan dawai /senar/ string. Sasando elektrik ini tidak membutuhkan wadah dari daun  lontar (haik) sebagai resonansi suara. Bunyi langsung dapat di perbesar lewat alat pengeras suara (sound system /speaker aktif)

Bentuk perubahan dari tradisional ke listrik ini menunjukkan bahwa penciptaan ini ditujukkan agar masyarakat lebih mudah mendengar Sasando dan lebih mengapresiasi musik tradisional ini. 



 Sejarah Sasando Elektrik
Ide pembuatan sasando elektrik, berawan dari peristiwa kerusakan sasando biola yang terbuat dari peti kayu/kotak milik ibu mertua dari Arnoldus Edon (Lina Serlina Arnoldus – Yohannes) pada tahun 1958, sasando yang rusak itu diperbaikinya dan menjadi baik. Dari situlah awal mulanya Arnoldus Edon mendapatkan ide dan mulai bereksperimen membuat sasando elektrik. Ia berpikir kalau memetik sasando yang posisi sasandoonya tertutup dengan daun lontar yang lebar dan bunyinya hanya bisa didengar oleh segelintir orang saja yang ada disekitarnya dan petikan serta kelentikan jari-jemari tidak dapat dinikmati atau dilihat oleh orang lain karena tertutup daun lontar. Alangkah indahnya apabila sasando itu dipetik dan didengar dengan suara yang besar, dinikmati oleh banyak orang dari kejauhan dan petikan jari-jemari yang lemah gemulai dapat dilihat keindahannya, karena sasando dipetik dengan menggunakan 7 sampai 8 jari.
Sasando Elektrik
Tahun 1958 diciptakanlah Sasando Elektrik, eksperimen dilakukannya selama 2 tahun untuk mendapatkan bunyi yang sempurna yang sama dengan bunyi asli sasando. Tahun 1959 Arnoldus Edon hijrah ke Nusa Tenggara Barat (Mataram) sebagai seorang Kepala Sekolah di Mataram. Berbekal ilmu pengetahuan sebagai seorang guru IPA/Fisika, Tahun 1960 Eksperimen Sasando Elektrik ini berhasil dirampungkan dan mendapatkan bunyi yang sempurna  sama dengan suara aslinya.
Bentuk Sasando elektrik ini dibuat pertama kali sebanyak 30 dawai atau 30 nada.  Komponen sasando elektrik lebih rumit, sebab banyak unsur yang menentukan kualitas suara yang dihasilkan pada alat musik tersebut. Alat yang paling penting pada sasando elektrik adalah spul yang merupakan sebuah transducer yang akan mengubah getar dawai menjadi energi listrik lalu diteruskan melalui kabel dan masuk kedalam amplifier.

Perkembangan Sasando Elektrik
Tahun 1972 Arnoldus Edon bersama keluarga kembali ke Kupang. Sekembalinya berita tentang pembuatan Sasando Elektrik ini tersiar sehingga banyak teman dan pemain sasando berdatangan untuk meminta dibuatkan sasando elektrik.
Satu demi satu pembeli mulai berdatangan dari Indonesia hingga mancanegara. Misalnya dari Belanda, Australia, Amerika, Kanada dan Jepang. Pada waktu itu Sasando Elektrik mulai mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah NTT di masa kepempimpinan Gubernur NTT (dr. Ben Mboi) pada periode 1978-1988.
Di tahun 1992-1994 Arnoldus Edon tidak memproduksi sasando karena mengalami sakit parah hingga akhirnya meninggal di tahun 1994. Produksi Sasando Elektrik sempat berhenti selama dua tahun. Tahun 1995 Sasando Elektrik mulai bangkit dan di teruskan oleh anak almarhum yang ke 3 (tiga) bernama Caro David Habel Edon yang sering membantu ayahnya mengerjakan sasando sejak usianya 10 tahun. 
Pendiri Edon Sasando Elektrik 
Caro David Habel Edon 

Hal ini sesuai dengan karateristik budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui komunikasi yang terjadi di dalam keluarga. Dari keluarga pulalah Habel Edon akhirnya juga mengajarkan anak kandungnya Yunilia Edon kembali untuk belajar bermain dan membuat Sasando.

Yunilia Edon 
Habel Edon mempunyai kemampuan untuk mendesain bentuk sasando dengan model-model terbaru sesuai perkembangan jaman. Sambil memproduksi terus dilakukan eksperimen dan tidak pernah berhenti untuk mendesain bentuknya yang lebih artistik dan memperbaiki karaketer suara serta mengecilkan noise yang lebih rendah. Saat ini juga telah diproduksi sasando akustik.

Sasando Elektrik ini kemudian dikembangkan menjadi 32-36, 40 sampai 40 dawai oleh Habel Edon. Sesuai dengan permintaaan dan kesanggupan sang pemain musik. Keunggulan dari sasando elektrik buatan Habel Edon adalah berkualitas mutunya dari bentuk/modelnya serta dalam penyeteman nada bisa menggunakan tuner gitar dan bisa dimainkan bersama pedal gitar. 


Bentuk perubahan Sasando ini merupakan salah satu hal yang ditanamkan oleh Habel Edon. Melihat masyarakat yang semakin membutuhkan suara Sasando ini Ia menciptakan Sasando Elektrik yang dapat didengar oleh banyak orang. Ia menyadari timbul integrasi dari kalangan masyarakat NTT khususnya generasi muda yang kurang meminati alat musik sasando karena terlalu tradisional. Tetapi dari hal tersebut Ia mencoba merubah  keadaan  hingga membuat inovasi baru yakni sasando elektrik.

Habel Edon juga mampu memasarkan sasandonya tidak hanya di dalam negeri tetapi juga luar negeri. Dalam buku Samovar terdapat pengaruh budaya pada konteks : ruang lingkup bisnis. Tentu lewat pengetahuannya akan komunikasi antar budaya Ia bisa memasarkan Sasando ini hingga orang asing pun dapat tertarik dengan Sasando. 





No comments:

Post a Comment