Sasando biola mengalami
perkembangan dari sasando biola tradisional menjadi sasando modern atau yang
dikenal sasando listri atau sasando elektrik. Diciptakan oleh Arnoldus Edon,
sasando elektrik termasuk dalam salah satu jenis Sasando biola yang mengalami
perkembangan teknologi. Sasando tradisional mempunyai beberapa kekurangan dan
kelemahan antara lain, daun lontar mudah pecah dan pada saat musim hujan sering
timbul jamur diatas permukaan daun, dan daunnya juga mengalami kelembaban dan
lembek sehingga dapat mempengaruhi perubahan suara dan ketika dipetik suaranya
sangat kecil. Berdasarkan hal tersebut maka diciptakanlah Sasando Elektrik.
Sasando Elektrik (kanan) |
Bentuk perubahan dari tradisional ke listrik ini menunjukkan bahwa penciptaan ini ditujukkan agar masyarakat lebih mudah mendengar Sasando dan lebih mengapresiasi musik tradisional ini.
Sejarah Sasando
Elektrik
Ide pembuatan sasando elektrik,
berawan dari peristiwa kerusakan sasando biola yang terbuat dari peti
kayu/kotak milik ibu mertua dari Arnoldus Edon (Lina Serlina Arnoldus –
Yohannes) pada tahun 1958, sasando yang rusak itu diperbaikinya dan menjadi
baik. Dari situlah awal mulanya Arnoldus Edon mendapatkan ide dan mulai bereksperimen
membuat sasando elektrik. Ia berpikir kalau memetik sasando yang posisi
sasandoonya tertutup dengan daun lontar yang lebar dan bunyinya hanya bisa
didengar oleh segelintir orang saja yang ada disekitarnya dan petikan serta
kelentikan jari-jemari tidak dapat dinikmati atau dilihat oleh orang lain
karena tertutup daun lontar. Alangkah indahnya apabila sasando itu dipetik dan
didengar dengan suara yang besar, dinikmati oleh banyak orang dari kejauhan dan
petikan jari-jemari yang lemah gemulai dapat dilihat keindahannya, karena
sasando dipetik dengan menggunakan 7 sampai 8 jari.
Sasando Elektrik |
Bentuk Sasando elektrik ini
dibuat pertama kali sebanyak 30 dawai atau 30 nada. Komponen sasando elektrik lebih rumit, sebab
banyak unsur yang menentukan kualitas suara yang dihasilkan pada alat musik
tersebut. Alat yang paling penting pada sasando elektrik adalah spul yang
merupakan sebuah transducer yang akan mengubah getar dawai menjadi energi
listrik lalu diteruskan melalui kabel dan masuk kedalam amplifier.
Perkembangan Sasando
Elektrik
Tahun 1972 Arnoldus Edon bersama
keluarga kembali ke Kupang. Sekembalinya berita tentang pembuatan Sasando
Elektrik ini tersiar sehingga banyak teman dan pemain sasando berdatangan untuk
meminta dibuatkan sasando elektrik.
Satu demi satu pembeli mulai
berdatangan dari Indonesia hingga mancanegara. Misalnya dari Belanda,
Australia, Amerika, Kanada dan Jepang. Pada waktu itu Sasando Elektrik mulai
mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah NTT di masa kepempimpinan Gubernur
NTT (dr. Ben Mboi) pada periode 1978-1988.
Di tahun 1992-1994 Arnoldus Edon
tidak memproduksi sasando karena mengalami sakit parah hingga akhirnya
meninggal di tahun 1994. Produksi Sasando Elektrik sempat berhenti selama dua
tahun. Tahun 1995 Sasando Elektrik mulai bangkit dan di teruskan oleh anak
almarhum yang ke 3 (tiga) bernama Caro David Habel Edon yang sering membantu
ayahnya mengerjakan sasando sejak usianya 10 tahun.
Hal ini sesuai dengan karateristik budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui komunikasi yang terjadi di dalam keluarga. Dari keluarga pulalah Habel Edon akhirnya juga mengajarkan anak kandungnya Yunilia Edon kembali untuk belajar bermain dan membuat Sasando.
Pendiri Edon Sasando Elektrik
Caro David Habel Edon
|
Yunilia Edon |
Sasando Elektrik ini kemudian dikembangkan menjadi 32-36, 40 sampai 40 dawai oleh Habel Edon. Sesuai dengan permintaaan dan kesanggupan sang pemain musik. Keunggulan dari sasando elektrik buatan Habel Edon adalah berkualitas mutunya dari bentuk/modelnya serta dalam penyeteman nada bisa menggunakan tuner gitar dan bisa dimainkan bersama pedal gitar.
Bentuk perubahan Sasando ini
merupakan salah satu hal yang ditanamkan oleh Habel Edon. Melihat masyarakat
yang semakin membutuhkan suara Sasando ini Ia menciptakan Sasando Elektrik yang
dapat didengar oleh banyak orang. Ia menyadari timbul integrasi dari
kalangan masyarakat NTT khususnya generasi muda yang kurang meminati alat musik
sasando karena terlalu tradisional. Tetapi dari hal tersebut Ia mencoba merubah keadaan hingga membuat inovasi baru yakni sasando
elektrik.
Habel Edon juga mampu memasarkan sasandonya tidak hanya di dalam negeri tetapi juga luar negeri. Dalam buku Samovar terdapat pengaruh budaya pada konteks : ruang lingkup bisnis. Tentu lewat pengetahuannya akan komunikasi antar budaya Ia bisa memasarkan Sasando ini hingga orang asing pun dapat tertarik dengan Sasando.
Habel Edon juga mampu memasarkan sasandonya tidak hanya di dalam negeri tetapi juga luar negeri. Dalam buku Samovar terdapat pengaruh budaya pada konteks : ruang lingkup bisnis. Tentu lewat pengetahuannya akan komunikasi antar budaya Ia bisa memasarkan Sasando ini hingga orang asing pun dapat tertarik dengan Sasando.
No comments:
Post a Comment